Selasa, 26 Mei 2015

Tugas Kesehatan Mental 2

Hubungan Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosi

 Kesehatan Mental
kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.

Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. 

Kesehatan mental yang baik ditandai dengan:
• Kemampuan individu mengetahui potensinya dan memaksimalkan potensi tersebut
• Kemampuan individu mengatasi situasi menekan yang dihadapinya
• Kemampuan individu untuk bekerja secara produktif dan bermanfaat di tempat kerja,
  keluarga, komunitas, dan di antara teman


Kecerdasan Emosional

           Emotional quotient/EQ/Kecerdasan Emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.

         Psikolog Peter Salovey dan John Mayer menyebut pengendalian diri semacam
kecerdasan emosional, suatu kemampuan untuk mencerap, memakai, memahami, dan mengelola emosi. Pada umumnya, menjadi cerdas secara emosional itu berarti menerima bahwa emosi merupakan bagian mendasar dari siapa kita dan bagaimana kita bertahan hidup. Menjadi terampil secara emosional itu dapat menjadikan kita lebih lentur, mudah menyesuaikan diri, dan dewasa secara emosional.
  
        Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting dari pada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.


Hubungan Kesehatan Mental & Kecerdasan Emosional

            Psikolog Peter Salovey dan John Mayer menyebut pengendalian diri semacam
kecerdasan emosional, suatu kemampuan untuk mencerap, memakai, memahami, dan mengelola emosi. Pada umumnya, menjadi cerdas secara emosional itu berarti menerima bahwa emosi merupakan bagian mendasar dari siapa kita dan bagaimana kita bertahan hidup. Menjadi terampil secara emosional itu dapat menjadikan kita lebih lentur, mudah menyesuaikan diri, dan dewasa secara emosional.

           Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama darikecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan ber negosiasi  dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk me-motivasi diri.


           Tentu saja pernyataan dari Peter Salovey, John Mayer, dan lima pokok utama dari Howard Gardner ini sesuai dengan konsep kesehatan mental, bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, dan di dalam jiwa yang sehat terdapat mental yang sehat serta kecerdasan emosional yang baik. Kecerdasan emosional yang baik seperti upaya pengendalian emosi yang baik, mampu membuat respon dengan kepekaan social yang dimiliki terhadap peristiwa di sekitar, atau dapat dikatakan secara mental mempunyai self esteem & self awareness yang tinggi serta social learning yang baik sehingga tahu bagaimana harus bersikap.

Sumber:
Sari Dewi , Kartika. 2012.Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang:UPT UNDIP Press
            Semarang
Papila Diane E,Ruth Duskin Feldman. 2014.Menyelami Perkembangan Mnusia Edisi 12 buku 2

            Jakarta:Salemba Humanika.

Tugas Kesehatan Mental 2

Fenomena Child Abuse(Penganiayaan anak)
A.Child Abuse
     Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagaisegala perlakuan buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua, wali, atauorang lain yang seharusnya memelihara, menjaga, dan merawat mereka.Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orang tua atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum.Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikandefinisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orangyang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehinggakeselamatan dan kesejahteraan anak terancam.
B.Klasifikasi Child Abuse
1.Physical abuse (Kekerasan fisik)
    Kekerasan fisik adalah agresi fisik diarahkan pada seorang anak oleh orang dewasa. Hal ini dapat melibatkan meninju, memukul, menendang, mendorong, menampar,membakar, membuat memar, menarik telinga atau rambut, menusuk, membuat tersedak atau menguncang seorang anak.Guncangan terhadap seorang anak dapat menyebabkan sindrom guncangan bayi yangdapat mengakibatkan tekanan intrakranial, pembengkakan otak, cedera difusaksonal,dan kekurangan oksigen yang mengarah ke pola seperti gagal tumbuh, muntah, lesu,kejang, pembengkakan atau penegangan ubun-ubun, perubahan pada pernapasan,dan pupil melebar.Transmisi racun pada anak melalui ibunya (seperti dengan sindrom alkohol janin) jugadapat dianggap penganiayaan fisik dalam beberapa wilayah yurisdiksi. Sebagian besarnegara dengan hukum kekerasan terhadap anak mempertimbangkan penderitaan dariluka fisik atau tindakan yang menempatkan anak dalam risiko yang jelas dari cederaserius atau kematian tidak sah. Di luar ini, ada cukup banyak variasi. Perbedaan antaradisiplin anak dan tindak kekerasan sering kurang didefinisikan. Budaya norma tentangapa yang merupakan tindak kekerasan sangat bervariasi: kalangan profesional serta masyarakat yang lebih luas tidak setuju pada apa yang disebut merupakan perilakukekerasan.
2.Psychological/emotional abuse (Psikologis / Kekerasan emosional)
    Kekerasan emosional didefinisikan sebagai produksi cacat psikologis dan sosial dalam pertumbuhan seorang anak sebagai akibat dari perilaku seperti berteriak keras, kasar dan sikap kasar, kurangnya perhatian, kritik keras, dan fitnah dari kepribadian anak.Contoh lain termasuk nama panggilan, ejekan, degradasi, kerusakan barang-barangpribadi, penyiksaan atau pembunuhan hewan peliharaan kesayangan, kritikberlebihan, tuntutan yang tidak pantas atau berlebihan, pemutusan komunikasi, danpelabelan rutin atau penghinaan. Korban kekerasan emosional dapat bereaksi dengan menjauhkan diri dari pelaku,internalisasi kata-kata kasar atau dengan menghina kembali pelaku penghinaan.Kekerasan emosional dapat mengakibatkan gangguan kasih sayang yang abnormal atau terganggu, kecenderungan korban menyalahkan diri sendiri (menyalahkan dirisendiri) untuk pelecehan tersebut, belajar untuk tak berdaya, dan terlalu bersikappasif.

3.Neglect (Penelantaran)
   Penelantaran anak adalah di mana orang dewasa yang bertanggung jawab gagal untukmenyediakan kebutuhan memadai untuk berbagai keperluan, termasuk fisik(kegagalan untuk menyediakan makanan yang cukup, pakaian, atau kebersihan),emosional (kegagalan untuk memberikan pengasuhan atau kasih saying, keselamatan,dan kesejahteraan terancam bahaya), pendidikan (kegagalan untuk mendaftarkananak di sekolah), atau medis (kegagalan untuk mengobati anak atau membawa anak ke dokter).

Penelantaran juga kurangnya perhatian dari orang-orang di sekitarnya anak, dan tidakada penyediaan kebutuhan yang relevan dan memadai untuk kelangsungan hidupanak, yang akan menjadi anak kurang perhatian, cinta, dan kasih sayang. Beberapadiamati tanda-tanda pada anak terlantar meliputi: anak sering tidak masuk sekolah,mengemis atau mencuri makanan atau uang, tidak menerima perawatan kesehatandan kebersihan medis dan gigi, secara konsisten kotor, atau tidak memiliki pakaianyang cukup untuk cuaca (musim dingin).Anak terlantar mungkin mengalami keterlambatan perkembangan fisik dan psikososial,mungkin mengakibatkan psikopatologi dan gangguan neuropsikologifungsi termasuk 5fungsi eksekutif, perhatian, kecepatan berpikir, bahasa, memori dan keterampilansosial. Anak-anak terlantar menunjukkan peningkatan perilaku agresif dan hiperaktif,memiliki waktu lebih sulit membentuk dan mempertahankan hubungan, sepertiromantis atau persahabatan, di kemudian hari karena kurangnya keterikatan merekadalam tahap awal mereka hidup.
4.Child Sexual Abuse (Kekerasan Seksual Anak)
    Kekerasan seksual anak (CSA) adalah bentuk kekerasan anak di mana orang dewasaatau remaja yang lebih tua pelanggaran anak untuk rangsangan seksual. Kekerasanseksual mengacu pada partisipasi anak dalam tindakan seksual yang ditujukanterhadap kepuasan fisik atau keuntungan dari orang yang melakukan tindakantersebut. Bentuk CSA termasuk meminta atau menekan seorang anak untukmelakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), paparan senonohdari alat kelaminuntuk anak, menampilkan pornografi untuk anak, aktual kontak seksual denganseorang anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpakontak fisik, atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak. Jual jasa seksualanak-anak dapat dilihat dan diperlakukan sebagai kekerasan anak denganlayanan yang ditawarkan kepada anak daripada penahanan sederhana.Pengaruh kekerasan seksual anak pada korban termasuk rasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri, kilas balik, mimpi buruk, susah tidur, takut hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan (termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, dll), masalah harga diri, disfungsi seksual, sakit kronis, kecanduan, melukai diri, keinginan bunuh diri, keluhan somatik, depresi,gangguan stres pasca-trauma, kecemasan, penyakit mentallain (termasuk gangguan kepribadian), dan dan gangguan identitas disosiatif, kecenderungan untuk mengulangitindakan kekerasan setelah dewasa, bulimia nervosa,cedera fisik pada anak di antara masalah-masalah lainnya.Sekitar 15% sampai 25% wanita dan 5% sampai 15% pria yang mengalami pelecehanseksual ketika mereka masih anak-anak. Kebanyakan pelaku pelecehan seksual adalahorang yang kenal dengan korban mereka; sekitar 30% adalah keluarga dari anak, palingsering adalah saudara, ayah, ibu, paman atau sepupu, sekitar 60% adalah kenalanteman lain seperti keluarga, pengasuh anak, atau tetangga; orang asing adalah yangmelakukan pelanggar hanya sekitar 10% dari kasus pelecehan seksual anak.

C.Faktor-Faktor Child Abuse
1.Stress yang berasal dari anak.
a.Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anakberbeda dengan anak     yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anakmengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anaklain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b.Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehinggaanak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi denganlingkungan disekitarnya.
c.Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderungmengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memilikitemperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamenkeras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
d.Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnyadan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah anehdi dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e.Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkanorangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasilperkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosionalyang kuat antara anak angkat dan orang tua.
2.Stress keluarga
a.Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yangmenyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor iniberhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukanoleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harusmengorbankan keluarga

b.Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini jugaberpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungansekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dantingkah laku anak.  
c.Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akankehilangan kasih sayang dari kedua orangtua
d.Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnyaperilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yangdiinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb
3.Stress berasal dari orangtua, yaitu:
a.Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan,sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.

b.Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuansalah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atauanaknyasebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.

c.Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akanmembuatorangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampumemenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.

D. Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:
1.Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yangditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
a.Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahteraIndividu :
-Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan masyarakat
-Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik
-Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
-Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi 
-Pelayanan referensi perawatan jiwa
-Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku kekerasan
     Keluarga :
-Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di masyarakat
-Memfasilitasi jalinan kasih social pada orangtua baru
-Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut (followup)
-Pelayanan social untuk keluarga

     Komunitas :
-Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga
-Mengurangi media yang berisi kekerasan
-Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti: pelayanan krisis,tempat penampungan anak/keluarga/usia lanjut/wanita yang dianiaya
-Kontrol pemegang senjata api dan tajam
b.Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress
Individu :
-Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada keluarga padatiap pelayanan kesehatan
-Rencana penyelamatan diri bagi korban secara education
-Pengetahuan tentang hukum untuk meminta bantuan dan perlindungan
-Tempat perawatan atau “Foster home”untuk korban
Keluarga :
-Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga
-Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-group). Misalnya:kelompok pemerhati keluarga sejahtera
-Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang memberikanpelayanan pada korban
Komunitas :
-Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada korbandengan standar prosedur dalam menolong korban
 -Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon,melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak hukum/dinassosial untuk pelayanan segera
 -Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya bayi dan anak
-Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah setempat
-Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi
-Kontrol pemegang senjata api dan tajam

c.Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan
Individu :
-Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban
-Konseling profesional pada individu

Keluarga :
-Redukasi orangtua dalam pola asuh anak
-Konseling profesional bagi keluarga
-Self-help-group (kelompok peduli)
Komunitas :
-“Foster home”, tempat perlindungan
-Peran serta pemerintah
-“follow up” pada kasus penganiayaan dan kekerasan
-Kontrol pemegang senjata api dan tajam

2.Pendidikan Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yangsangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, dan bagian lain dalam pelajaran biologi.Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga agartidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak disekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadianiaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisikdan pengabaian perawatan pada anak.3.

3.Penegak hukum dan keamanan Hendaknya UU no. 4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secarakonsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan
kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan
terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.4.

4.Media massa Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleha artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangkapendek maupun jangka panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan

“Contoh Kasus”
                 Bocah Dianiaya Ayah Kandung dan Ibu Tiri
 Lampung - (Rabu : 16/04/2014) Kondisi Sihaoping alias Pingping, bocah sebelas tahun yang jadi korban penyiksaan ayah kandung dan ibu tirinya di Lampung semakin membaik. Namun, hingga saat ini, Pingping masih belum bisa berdiri dan berjalan akibat luka yang dideritanya termasuk patahnya tulang rusuk. Pihak kepolisian juga belum bisa memeriksa korban.
Meski kesehatannya semakin membaik namun hingga siang hari tadi, Sihaoping yang kerap dipanggil Pingping hanya bisa terbaring lemah di ranjang sebuah rumah sakit di Pringsewu, Lampung. Pingping masih belum bisa berdiri dan berjalan akibat luka yang dideritanya. Luka tersebut terjadi akibat penyiksaan yang dilakukan ayah kandung dan ibu tirinya.
Luka yang telah mengering tersebut kini masih tampak diseluruh kulit Pingping. Luka ini timbul akibat dipukul dengan menggunakan rotan hingga disiram air panas. Pingping juga hanya dikasih makan satu kali dalam sehari tanpa lauk pauk dan sayur. Tanpa gizi yang mencukupi dan luka yang dideritanya kadar sel darah merah Pingping saat dibawa ke rumah sakit hanya 5 dari seharusnya 12. Kadar protein Pingping juga sangat rendah hingga harus diberikan protein tambahan yang harganya mencapai 2 juta rupiah per botol.
Pagi tadi, aparat kepolisian juga telah mendatangi kamar tempat Pingping dirawat. Namun, kondisi kesehatan Pingping yang belum memungkinkan membuat polisi menunda pemeriksaan yang akan dilakukan. Polisi hanya bertanya ke dokter terkait bukti atas luka yang diderita korban.
Kasus penganiayaan yang dialami Pingping terbongkar saat keluarga datang berkunjung. Saat itu, korban mengeluh sakit dan terlihat luka di sekujur tubuhnya. Dihadapan keluarga, korban mengaku dianiaya oleh ayah kandung dan ibu tirinya. Kasus penganiayaan tersebut akhirnya dilaporkan ke aparat kepolisian. Namun kedua pelaku telah menghilang.
Anaslisi Kasus
 Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum.Dalam kasus diatas diketahui Sihaoping alias Pingping, bocah sebelas tahun yang jadi korban penyiksaan ayah kandung dan ibu tirinya di Lampung.korban mengalami kekerasan seperti dipukul dengan menggunakan rotan hingga disiram air panas hingga pingping harus mengalmi patah tulang rusuk. Dan ia juga diberi makan hanya nasi saja tanpa lauk pauk dan jika dipandang dalam psikolgi ini terliabat  dalam kekerasaran fisik(physical abuse) dan penelantaran (neglect) faktor yang terjadi dalam kasus ini sang orang tua mugnkin stress yang berasal dari diri orang tuanya seharusnya kasus kekersaan anak bisa diminimalisir dengan cara pelayan kesahatan seperti prevensi primer tujuan indvidual keluarga dan orang tua sejahtera dan konseling terhadap diri kedua orang tua.
Corby,B.(1993).Child abuse:Toward a knowledge base.philadelpia:Open University Press.
Dagun,S.M.(1990).Psikologi keluarga (peran ayah dalam keluarga).Jakarta:Penerbit Rineka
           Cipta.
Syaefullah,Asep.(2014).INDOSIAR.Diakses pada 16 April 2014.Diperoleh dari:

http://www.indosiar.com/fokus/bocah-dianiaya-ayah-kandung_117113.html

Kesehatan Mental Tugas 1

        SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL PRA ILMIAH
1.Masa Animisme
Sejak zaman dulu, sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animisme. Ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-bendatersebut. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban yang mereka persembahkan.Praktik-praktik semacam tersebut berlangsung mulai dari abad 7-5 SM. Setelah kemunculan naturalisme, maka praktik semacam itupun kian berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit mental tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad pertengahan.
2.Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnyamengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan ”Naturalisme”. Aliranini berpendapat bahwa gangguan mentalatau fisik merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa,setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia menyatakan: ”Jika Anda memotong batok kepala, maka Anda akan menemukanotak yang basah, dan memicu bau yang amis, tetapi Anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantu yang melukai badan Anda.”Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan ataupembedahan hewan.Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang Kristen.Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkanproblem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya(yang maniak) dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebihkarena dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, di antara mereka banyak yang berhasil. Mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri
PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL ERA MODERN
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu, Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini, ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics
(orang-orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu, sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui caramenyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersebut didukung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, danmereka sekali-sekali diguyur dengan air.Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut.Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuanlainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, di rumah mental, ruangan inidibedakan untuk pasien wanita dan pria.Secara berkesenimbungan, Rush mengadakan pengobatan kepada para pasiendengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mentalhygiene” yang berkembang menjadi suatu ”Body of Knowledge
beserta gerakan-gerakan yang terorganisir.Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, terutama dari dua tokohperintis, yaitu Dorothea Lynde Dixdan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir padatahun 1802 dan meninggal dunia tanggal 17 Juli 1887. Dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruhperhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40 tahun, dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi.Usahanya, mula-mula diarahkan pada para pasien mental di rumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderitagangguan mental yang dikurung di rumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktor penting dalam membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika Serikat didirikan 32 rumah sakit jiwa. Dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang wanita besar diabad ke-19.Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909, beberapaorganisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Associatin (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatanmental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement” . Diaterkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yangsangat manusiawi.Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental dipengaruhi oleh pengalamannya sebagai pasien di beberaparumah sakit jiwa yang berbeda. Selama di rumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar(kurang manusiawi). Kondisi seperti ini terjadi karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguanmental, apalagi pengobatannya.Setelah dua tahun mendapatkan perawatan di rumah sakit, dia mulai memperbaiki dirinya. Selama tahun terakhirnyasebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk membuat gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalamigangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya),pada tahun 1908, dia menindaklanjuti gagasannya dengan mempublikasikan tulisan autobiografinya yang berjudul A Mind That Found It Self . Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian James, sebagai seorang pakar psikologi. Dalam buku ini, diamemberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para pasien di rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Di samping itu, dia merupakan reformator terhadap lembaga yang memberikan perawatan gangguan mental.
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Dia merancang suatu program yang bersifat nasional, yang tujuannya adalah:
1.Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap pengidap penyakit jiwa;
2.Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa;
3.Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan obat gangguan mental; dan
4.Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli seperti William James dan seorang psikiatris ternama, Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayermenyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yangmempopulerkan istilah”Mental Hygiene” adalah Mayer.
Belum lama setelah buku itu diterbitkan pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama didirikan, bernama”Connectievt  Society For Mental Hygiene”.Satu tahu kemudian, didirikanlah”National Commite Society For Mental Hygiene” , dan Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan:
1.Melindungi kesehatan mental masyarakat;
2.Menyusun standard perawatan para pengidap gangguan mental;
3.Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagi aspek yang terkait dengannya;
4.Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan penobatannya; dan
5.Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masanya dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerjasosial.Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketikapresiden Amerika Serikat menandatangani ”The National Mental Helath Act.
Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi:
1.Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, inevestigasi,eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan;
2.Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkankoordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan danmengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya;
3.Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental; dan 4.Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan obat terhadap para pengidap gangguan mental. Pada tahun 1950, organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association For Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental  Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”,dan ”Psychiatric Foundation” .Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang sehingga pada tahun 1075 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health” dan “The World Health Organization”. 


                                           KONSEP SEHAT
DEFINISI SEHAT
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas daripenyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut WHO (1947)Definisi Sehat Dalam Keperawatan Sehat : Perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. (Pender (1982))Sehat : Fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces)yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care Aktions) secaraadekual.Self care Resoureces : mencangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Aktions : Perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahan kan dan menigkatkan fungsi psicososial da piritual.(Paune (1983) Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosialdan ekonomi (UU No.23,1992)
CIRI-CIRI SEHAT
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,emosional, dan spiritual.
1.Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2.Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3.Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasasyukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fanaini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
4.Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
5.Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagimereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagikelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut. Aspek-aspek pendukung kesehatan
Banyak orang berpikir bahwa sehat adalah tidak sakit, maksudnya apabila tidak ada gejala penyakit yang terasa berarti tubuh kita sehat. Padahal pendapat itu kurang tepat. Ada kalanya penyakit baru terasa setelah cukup parah, seperti kanker yg baru diketahui setelah stadium 4. Apakah berarti sebelumnya penyakit kanker itu tidak ada? Tentu saja ada, tetapi tidak terasa. Berarti tidak adanya gejala penyakit bukan berarti sehat.Sesungguhnya sehat adalah suatu kondisi keseimbangan, di mana seluruh sistem organ di tubuh kita bekerja dengan selaras. Faktor-faktor yang mempengaruhi keselarasan tersebut berlangsung seterusnya adalah:
1.Nutrisi yang lengkap dan seimbang
2.Istirahat yang cukup
3.Olah Raga yang teratur
4.Kondisi mental, sosial dan rohani yang seimbang
5.Lingkungan yang bersih
Apabila salah satu saja dari kelima faktor ini tidak tercukupi, akan membuat keseimbangan kinerja organ tubuh terganggu. Sesungguhnya tubuh memiliki mekanisme otomatis untuk mengembalikan keseimbangan kesehatannya , akan tetapi apabila hal ini berlangsung terus-menerus atau kekurangan tersebut dalam jumlah yg cukup besar, maka tubuh tidak mampu mengembalikan keseimbangan, dan hal inilah yg kita sebut sakit.Istimewanya tubuh manusia, walaupun dalam kondisi sakit tubuh tersebut tetap dapat memulihkan dirinya sendiri. Untuk itu perlu dibantu dengan memberikan nutrisi dalam jumlah yang memadai secara lengkap ditambah dengan istirahat yang cukup. Dalam keadaan ini obat bukanlah faktor utama pemulihan, karena ada sebagian orang yg dapat pulih dari sakit tanpa bantuan obat, seperti misalnya penderita flu dan pilek. Obat dapat digunakan untuk membantu mengurangi gejala, tetapi penggunaannya tidak boleh berlebihan dan harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Perbedaan Konsep Kesehatan mental pada budaya barat dan timur
Definisi diberikan kepada masing-masing budaya, namun kebanyakan melihat kebudayaan sebagai seperangkat pedoman yang memandu bagaimana mereka memandang dunia, merespon secara emosional, dan berperilaku di dalamnya atau pedoman untuk hidup. Pemahaman terhadap sesuatu adalah suatu hal yang cukup kuat mendapat pengaruh budaya, sudut pandang terhadap suatu permasalahan seringkali dipengaruhi oleh budaya yang melatar belakangi, baik dalam proses memahami masalah atau pun dalam menyelesaikan masalah. Banyak hal dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh budaya, kesehatan mental dan gerakan kesehatan mental juga dipengatuhi oleh budaya.
Dalam kesehatan mental, faktor kebudayaan juga memegang peran penting. Apakah seseorang itu dikatakan sehat atau sakit mental bergantung pada kebudayaannya (Marsella dan White, 1984). Hubungan kebudayaan dengan kesehatan mental dikemukakan oleh (Wallace, 1963) meliputi :
•Kebudayaan yang mendukung dan menghambat kesehatan mental.
•Kebudayaan memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental.
•Berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural, dan
•Upaya peningkatan dan pencegahan gannguan mental dalam telaah budaya.
Selain itu budaya juga mempengaruhi tindakan penanganan yang dilakukan terhadap gangguan mental itu sendiri. Dengan kata lain Konsep kesehatan mental pada suatu budaya tertentu harus dipahami dari hal-hal yang dianggap mempunyai arti dan bermakna pada suatu budaya tertentu, sehingga harus dipahami dari nilai-nilai dan falsafah suatu budaya tertentu.
Ada perbedaan konsep kesehatan mental budaya barat dan timur Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Model-model Kesehatan Barat dan Timur
Model-model kesehatan muncul karena banyaknya asumsi mengenai kesehatan, seperti halnya model kesehatan dari Barat dan juga Timur. Akan tetapi, dalam model-model itu terdapat variasi yang disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara model-model tersebut.
•Model Biomedis (Freund, 1991) memiliki 5 asumsi. Pertama, terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh tertentu. Kedua, penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh, baik secara biokimia atau neurofisiologis. Ketiga, setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang berpotensi dapat diidentifikasi. Keempat, melihat tubuh sebagai suatu mesin. Kelima, konsep tubuh adalah objel yang perlu diatur dan dikontrol.
•Model Psikiatris, merupakan model yang berkaitan dengan model biomedis. Model ini masih mendasarkan diri pada pencarian bukti-bukti fisik dari suatu oenyakit dan penggunaan treatmen fisik obat-obatan atau pembedahan untuk mengoreksi abnormalitas.
•Model Psikosomatis (Tamm, 1993), merupakan model yang muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis. Model ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatik yang tanpa disebabkan oleh antesenden emosional dan atau sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom-simtom somatik.
Daftar Pustaka :
Yustinus Semiun. OFM. 2006. Kesehatan Mental. 
         Yogyakarta : Kanisius

Siswanto. S. Psi. Msi. 2007. Kesehatan Mental,Konsep,Cakupan dan Perkembangan. 

          Yogyakarta : Andi.